Senin, 30 Agustus 2010

Floem

 
FLOEM
ARTIKEL
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada mata kuliah
Anatomi Tumbuhan
Dosen : Tri Wahyu Agustina, S.P., M.Pd.
Disusun Oleh :


MIRA SITI FATIMAH
208 203 942


PENDIDIKAN BIOLOGI   B / IV
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010


FLOEM

Jaringan pembuluh pada tumbuhan terdiri dari xilem dan floem. Floem adalah jenis jaringan yang ditemukan pada tumbuhan. Seiring dengan xilem, floem membentuk sistem transportasi dalam tanaman. Floem dan xilem benar-benar terpisah dalam sistem transportasi. Keduanya dapat ditemukan di seluruh jaringan tanaman dan masing-masing membawa zat-zat yang berbeda ke dan dari berbagai bagian tanaman. Xilem yang berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dari dalam tanah ke daun, dan demikian pula dengan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tanaman.
Berbeda dengan xilem, yang berfungsi daam pengangkutan dalam keadaan setelah isi selnya  mati, sedangkan floem harus dalam keadaan hidup agar dapat berfungsi. Disini, zat hara tidak secara pasif ditarik dalam pembuluh seperti pada xilem sebab gula dan zat hara lain dipompa kedalam pembuluh oleh pompa molekul dalam plasmelema. Dibeberapa tempat tertentu, yakni sumber zat hara,  molekul tertentu dipaksa masuk oleh floem. Sedangkan ditempat lain, yakni pada wadah, molekul dikeluarkan.oleh karena itu, zat hara dapat diarahkan kedaerah khusus untuk mendukung proses pertumbuhan di tempat tertentu, dan dapat pula mencegah pertumbuhan ditempat lain.
Berkembangnya floem sangat penting dalam membantu aktivitas meristem di ujung akar atau batang yang mengakibatkan pohon dapat mencapai ketinggian tertentu. Seandainya tidak ada pengangkutan zat hara kedalam meristem, maka pertumbuhan akan lambat. Jadi, evolusi floem memungkinkan kegiatan tumbuh dan didefensiasi yang lebih cepat dibandingkan dengan keadaan tanpa floem. Selain itu, adanya floem dapat menentukan bagian tumbuhan mana yang perlu tumbuh lebih cepat sebab hasil fotosintesis seperti gula dapat lebih banyak diangkut ke meristem, kebakal daun, ke struktur reproduksi, atau ke tempat penyimpanan cadangan makanan sesuai dengan kebutuhan.
Floem batang biasanya terletak disebelah luar xilem, tetapi pada kebanyakan tumbuhan paku dan sejumlah besar seku dikotil seperti Asclepiadaceae, Cucurbitaceae, Myrtaceae, Apocynaceae, Convolvulaceae, Asteraceae, dan Solanaceae, floem juga ditemukan di bagian dalam xilem. floem yang disebelah dalam xilem disebut dengan floem internal atau  floem intraxiler. Pada suku tertentu, seperti Chenopodiceae, Amaranthaceae, Salvadoraceae, floem juga terdapat dalam xilem sekunder. Tipe floem ini disebut floem interxiler atau floem terkurung.
Seperti halnya xilem, floem terdiri atas berbagai macam sel, dan dari segi perkembangan dibedakan menjadi floem primer dan floem sekunder. Floem primer berkembang dari prokambium, sedangkan floem sekunder dari kambium pembuluh. Dalam floem, tak banyak sel mengalami sklerefikasi. Karena letak floem dekat tepi sumbu tumbuhan dan akan terdorong keluar oleh sumbu xilem yang berada di sebelah dalam, maka secara berkala sebagian floem akan tanggal. Sebaliknya xilem di sebelah dalam tak banyak mengalami perubahan.
A.          Tipe Sel Floem
Sel yang bertugas dalam pengangkutan adalah unsur tapis yang terdiri dari sel tapis dan komponen pembuluh tapis. Di dekat sel tapis sering ditemukan sel albumin, sedangkan komponen pembuluh tapis diiringi oleh sel pengantar. Selain itu, terdapat pula parenkim floem, parenkim jari-jari empulur floem, serat floem dan sklereid floem.
1.           Unsur Tapis
Unsur tapis terdiri dari sel tapis dan komponen pembuluh tapis. Dinding unsure tapis biasanya lebih tebal daripada dinding sel parenkima yang berdekatan dan terdiri atas selulosa dan pectin. Sifat paling khas dari unsure tapis adalah adanya daerah tapis di dinding dan pada umumnya inti hilang dari protoplas.
 Daerah tapis merupakan tempat dinding sel yang berpori, dimana terjadi hubungan protoplas antara dua sel yang berdampingan.  Daerah tapis digambarkan sebagai lapang noktah primer termodifikasi dan muncul sebagai depresi di dinding sel tempat kelompok pori-pori berada. Daerah tapis berbeda dari lapangan noktah primer dalam hal benang penghubung pada daerah tapis lebih besar diameternya daripada benang penghubung lapang noktah primer, dan pada daerah tapis, benang penghubung biasanya dikelilingi oleh kalosa.
2.           Sel Pengantar
Sel pengantar disebut juga sel pengiring. Sel ini terbentuk dari sel induk meristem yang sama dengan sel pembuluh.  Sel meristem itu membelah satu atau beberapa kali secara memanjang sarta tidak sama besar, menghasilkan sel pembuluh yang besar dan sel pengantar yang kecil. Ditinjau dari hubungan fungsional dengan komponen pembuluh tapis, maka sel pengantar berhubungan erat dengan komponen pembuluh tapis .










Sel pengantar dibentuk dengan pembelahan pada sel bakal komponen pembuluh tapis, sehingga ada hubungan ontogeni antara komponen pembuluh tapis dengan sel pengantarnya. Pada suatu komponen pembuluh tapis ditemukan sebuah sel pengantar atau lebih dan berada pada satu sisi atau lebih dari komponen pembuluh tapis tersebut.
3.           Sel Parenkim
Parenkim floem yang tidak berhubungan dengan unsur tapis sebagaimana cara di atas, sering mengandung bahan ergastik seperti pati, tannin, dan Kristal. Pada floem sekunder terdapat parenkim floem yang tefak dan parenkim jari-jari empulur.
4.           Sel Sklerenkim
Serat floem sering terdapat pada floem primer maupun sekunder. Pada floem primer, serat terdapat di bagian jaringan sebelah luar. Pada floem sekunder, letak serat mengikuti berbagai pola. Pada serat bias ditemukan sekat melintang. Serat dewasa mungkin masih hidup atau sudah mati. Serat yang masih hidup dapat befungsi dalam penyimpanan cadangan makanan. Sklereid yang sering ditemukan dalam floem berasal dari sklerifikasi sel parenkim.
B.          Floem Primer
Floem primer dibagi menjadi protofloem dan metafloem dengan dasar pemikiran yang sama sebagaimana xilem primer terbagi menjadi protoxilem dan metaxilem. Protofloem menjadi  dewasa  di dalam bagian tumbuhan yang masih mengalami tumbuhan memanjang. Karena itu pembulih tapis di dalamnya meregang dan segera kehilangan fungsinya. Akhirnya sel tersebut hilang tertekan. Meta floem terdiferensiasi kemudian pad tumbuhan yang tidak mengalami pertumbuhan sekunder akan merupakan satu-satunya floem fungsional pada tumbuhan dewasa.
Metafloem terdiri atas pembuluh tapis yang biasanya berdiameter lebih lebar dan berjumlah lebih banyak dari pada protofloem. Sel pengantar biasanya terdapat pada metafloem angiospermae, tetapi umumnya tidak ditemukan searat. Sklerefikasi sel parenkima dapat terjadi sesudah floem tidak berfungsi dalam pengangkutan. Sedangkan pembuluh tapis dapat berkelompok atau ditemukan sendiri-sendiri diantara sel-sel parenkima, atau pada saeperti banyak dikotil diantar sel hidup yang jelas memanjang. Pada species sel-sel memanjang seperti itu merupakan primordium serat. Sementara pembuluh tapis berhenti berfungsi dan menghilang, primordium serat bertambah panjang, membentuk dinding sekunder dan menjadi dewasa. Serat semacam itu terdapat pada tipi luar daerah protofloem dalam banyak batang dikotil dan seringkalu disebut serat pirisekel. Serat protofloem juga ditemukan dakam akar. 
C.          Floem Skunder
Floem sekunder merupakan  bagian yang tidak besar pada batang atau akar. Jumlah floem yang dibentuk biasanya kurang dari jumlah xilem. Istilah kulit kayu dimaksudkan seluruh floem termasuk semua jaringan diluar cambium . floem yang befungsi adalah di bagian kulit kayu ynag paling dalam pada batang berkayu dan akar.
Floem sekunder pada dikotil  bervariasi, baik dalam susunan, komposisi dan ukuran sel ataupun dalam sifat-sifat floem longitudinal. Pada system aksial, pembukluh tapis, sel penganter dan sel paremkima dapat merupakan bagian yang selalu ditemukjan. Serat dapat pula tidak ditemukan seperti pada aristolocia. Jika ditemukan  serat, dapat tersebar atau berkelompok-kelompik atau menjadi lapisan-lapisan tangensial.
Jari-jari empulur menyerupai jari-jari empulur xilem dan dapat tersusun berseri satu atau berseri banyak, tinggi atau rendah. Jari jari empulur terdiri atas sel parenkima, namun dapat mengandung sklereida atau parenkima tersklereida dan berkristal. Pada bagian floem yang lebih tua, jari-jari empulur  dapat mengalami dilatasi sebagai reaksi terhadap penambahan keliling sumbu. Dilatasi diakibatkan oleh pembelahan radial antiklinal dan pembesaran tangansial dalam sel. Biasanya dilatasi terbatas pada beberapa buah jari-jari empulur saja. Yang lain tetap selebar seperti pada keadaan awal cambium pembuluh.
Dilatasi jari-jari empulur merupakan salah satu cirri floem tua. Pembuluyh tapis dapat sama sekali terkan atau tetap terbuka dan terisi dengan udara. Sel parenkima sering kali membesar dan karenanya menekan pembuluh tapis atau masuk kedalam lumen sel tersebut menghasilkan tilosoid. Apabila jaringan mengarut karena banyaknya sel yang rebah, maka jari-jari empulur melengkung dan tidak lurus. Sel parenkima floem dapat meneruskan penyimpanan pati sampai terpisah oleh periderm.

DAFTAR PUSTAKA

1.       Estiti B. Hidayat. 1995. ANATOMI TUMBUHAN BERBIJI. Bandung : ITB.
2.       Kimball. John W. 1983. BIOLOGI Jilid 2. Jakarta: Erlangga
3.       Sri Mulyani E.S. 2006. ANATOMI TUMBUHAN. Yogyakarta : Kanisius.
4.       Susetyoadi setjo; dkk. 2004. ANATOMI TUMBUHAN. Malang : Jica Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar