Senin, 30 Agustus 2010

KEPRIBADIAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terumuskannya sejumlah teori kepribadian merupakan cermin dari upaya ilmiah manusia untuk memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Dewasa ini dikenal teori kepribadian Psikoanalisa (Freud),Gustav Jung, psikologi individu (Allport). Istilah kepribadian (personality) memiliki banyak arti, ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Di antara para psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi “kepribadian”, sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencoba merumuskannya. Melihat asal katanya, personality itu sendiri berasal dari kata latin persona yang berarti topeng.

Setiap penggagas kepribadian mengajukan asumsi-asumsi dasar tertentu tentang manusia, yang kemudian hipotesis-hipotesis tersebut mempengaruhi konstruksi dan isi dari teori kepribadian yang disusunnya. Sigmund Freud (1856-1939) dan sebagai penganut determinisme, mereka berasumsi bahwa manusia bukanlah makhluk yang bebas melainkan organisme yang tingkah lakunya dideterminasiolehsejumlahdeterminan.
Freud menyatakan bahwa determinan manusia berasal dari dalam diri manusia itu sendiri (faktor internal). Freud berpegang pada anggapan dasar bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional, dimana sebagian besar dari tingkah laku manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional yang tidak disadari;

Tentang motivasi, rumusan Freud bertumpu pada konsep homeostatis, yaitu suatu konsep yang diilhami oleh gagasan kesetimbangan (equilibrium) fisis Leibniz, ia menerangkan bahwa tingkah laku manusia terutama dimotivasi oleh upaya pengurangan tegangan-tegangan internal (memuncaknya energi naluri/insting dari id) yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis. Dalam hal ini Allport berpendapat bahwa Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.. Freud dengan psikoanalisanya percaya bahwa misteri manusia akan bisa diungkap seluruhnya melalui upaya-upaya ilmiah, karena pada dasarnya tubuh manusia mengikuti hukum-hukum fisika.
Pelibatan aspek ketaksadaran (unconsciousness) dalam psikoanalisa telah menarik minat Carl Gustav Jung (1875-1961) untuk bergabung dengan Freud. Mengikuti alur Freud, konstruksi dasar psikologi Jung juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan filsafat Abad ke-19, seperti teori Evolusi Darwin, temuan-temuan arkeologis, dan studi komparatif tentang masyarakat dari budaya-budaya yang berbeda. Tetapi kemudian terjadi pertentangan mendasar antara kedua tokoh besar tersebut. Jung menolak penekanan Freud yang meletakkan dorongan seksual manusia di atas kebutuhannya terhadap makanan, kehidupan spiritual, atau pengalaman-pengalam an religius tertentu. Dia juga tidak sependapat dengan pandangan mekanistik Freud tentang dunia; bagi Jung, karekter manusia tidak hanya dikondisikan oleh apa-apa yang telah terjadi di masa lampau, tapi juga dipengaruhi oleh visi-visi masa depan. Adapun Freud tidak setuju dengan konsepsi Jung tentang collective unconscious, teori ini bertumpu pada pandangan phylogenetic tentang pengalaman-pengalam an masa lampau dari ras manusia yang diwariskan secara individual melalui memory traces.

Teori kepribadian Freud dan Jung mencakup seluruh aspek sadar dan tak sadar dalam diri manusia, untuk membedakan teorinya dengan psikoanalisa Freud, maka Jung menamai teori kepribadiannya dengan istilah psikologi analitik. Individuasi (realisasi diri) merupakan inti ajaran Jung, berkaitan dengan pergeseran titik pusat kesadaran dari ego ke self, dimana gagasan ini dibangun Jung secara transpersonal berdasarkan studi atas simbol-simbol mitologis dan simbol-simbol religius agama Barat maupun Timur. Dengan data-data tersebut, Jung berupaya mencari hubungan antara isi ketaksadaran dalam diri manusia di Barat dengan mite-mite dan ritus-ritus manusia primitif.
Dalam teori Jung, ketika konstruk ego yang terbangun mulai menyadari eksisnya sesuatu selain dirinya yang bersifat irasional, terjadilah konflik batin. Meningkatnya “entropi” psikis di ruang sadar akan direspon oleh permukaan subconscious, dan terjadilah aliran energi psikis (libido), yang arahnya ditentukan oleh prinsip ekivalensi “termodinamika” . Respon dari ‘lautan’ ketaksadaran akan menampakkan diri di level sadar umumnya berbentuk simbol-simbol mandala, yang pada prinsipnya membawa pesan tentang arah dari tertib diri. Dalam praktek klinisnya, Jung melihat bahwa bagian tak-sadar bukan saja bersifat komplementasi (saling melengkapi), tetapi juga kompensasi (saling mengimbangi) . Menurut Jung, proses individuasi ini disebabkan oleh potensi-potensi asli yang mengarah pada tujuan tertentu, menuju ke suatu keutuhan psikis yang lebih kokoh. Energi psikis yang terarah pada suatu tujuan tertentu yang bersifat “final” ini mirip dengan pandangan teleologi Aristoteles (384-322 SM), dimana ia menggunakan istilah entelecheia (en=dalam diri manusia; telos=tujuan; echein=memiliki) yang berarti: di dalam diri sendiri terdapat sesuatu yang harus dicapai.
B. RUMUSAN MASALAH
2). Apa pengertian dari kepribadian?
3). apa cirri-ciri kepribadian?
4). bagaimana komparasi kepribadian?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
2). untuk mengetahui pengertian dari kepribadian
3). untuk mengatahui ciri-ciri kepribadian
4). untuk memahami komparasi kepribadian
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kata Kepribadian berasal dari kata Personality yang berasal dari bahasa Inggris dan juga Pesona dari bahasa Yunani yang berarti kedok atau topeng.yaitu turup muka yang sering dipakai oleh para pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.
Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain (Kamus Bahasa Indonesia).
Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.
Benar, bahwa ada sebagian besar tingkah laku yang sama antara seseorang dengan orang yang lainnya. Namun yang benar-benar identik tidak pernah ada sejak adanya manusia. Maka dari itu, kepribadian seseorang berbeda-beda dapat di lihat dari tingkah lakunya, ucapan, tindakan dan amal yang lainnya.
B. CIRI – CIRI KEPRIBADIAN
a). Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
b). Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
c). Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
d). Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
e). Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
f). Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
g). Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
h). Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
i). Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j). Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k). Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang)
Kepribadian yang tidak sehat :
a). Mudah marah (tersinggung)
b). Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c). Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
d). Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
e). Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
f). Kebiasaan berbohong
g). Hiperaktif
h). Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
i). Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
j). Sulit tidur
k). Kurang memiliki rasa tanggung jawab
l). Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
m). Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
n). Pesimis dalam menghadapi kehidupan
o). Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
C. KOMPARASI KEPRIBADIAN
1). TEORI BARAT
a). Teori Freud
Riwayat Freud
Sigmund Freud, bapak Psikologis dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 13 September 1939.selama hamper 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Sebagai anak muda Freud bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan dengan keinginan itu pada tahun 1873 masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan tamat pada tahun 1881. sebenarnya Freud tidak bermaksud melakukan praktek sebagai dokter, tetapi karena keadaan memaksa (kurangnya fasilitas bagi orang-orang Yhaudi, makin besarnya tanggungan keluarga) maka ia melakukan praktek.
Perhatian khusus Freud terhadap neurology mendorongnya mengadakan spesialisasi dalam perawatan orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Untuk mempertinggi kecakapannya freud belajar selama satu tahun kepada seorang ahli penyakit jiwa Prancis yang terkenal, yaitu: Jean Charcot.
Struktur Kepribadian Freud
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga system atau aspek, yaitu :
1). Das Es (the Id ), yaitu aspek biologis
2). Das Ich ( the Ego), yaitu aspek psychologis
3). Das Ueber Ich ( the super ego ), yaitu aspek sosiologis
Kendatipun ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat komponen, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan maka sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek itu.
1. Das Es
Das Es atau dalam bahasa Inggris the Id disebut juga oleh Freud System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system yang orsinil didalam kepribadian; dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh.
Freud juga menyebutnya realita psikhis yang sebenar-benarnya, oleh karena ide itu merupakan dunia batin atau dunia subyektif. Id berisikan hal-hal yang di bawa sejak lahir (unsure-unsur biologis), termasuk gerakan ego dan super ego. Enersi psykhis dalam Id itu dapat meningkat oleh karena perangsang; baik itu perangsang dari luasr maupun perangsang dari dalam. Apabila enersi itu meningkat, makaakan menimbulkan tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak enek (tidak menyenangkan) yang oleh Id tidak dapat dibiarkan; karena apabila enersi meningkat yang berarti ada tegangan, segeralah Ide mereduksikan enersi itu untuk menghilangkan rasa tidak enak itu. Jadi yang Id berfungsi untuk menghindarkan diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan; Freud menyebutnya “prinsip kenikmatan” atau “prinsip keenakan”.
Untuk menghilangkan rasa tidak enak itu, Id mempunyai dua cara (alat proses) yaitu :
v Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya
v Proses primer, seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan.
Akan tetapi bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak memenuhi kebutuhan; orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengann membayangkan makanaan. Karena itu, maka perlulah (merupakan keharusan kodrati) adanya system lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif. System yang demikian adalah Ich ( the ego).
2. Das Ich (The Ego)
das ich atau dalam bahasa inggris the Ego disebut juga system derBewussten Verbewussten. Aspek ini adalah aspek psichologis dari pada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitas).
Orang yang lapar perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya; ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanaan. Disini letak yang pokok antara Id dan Ego, yaitu pada Id hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin) maka pada ego dapat membedakan sesuatu yangt hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar batin (dunia obyektif, dunia realita).
Di dalam fungsinya, ego berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realita” dan bereaksi pada proses sekunder. Tujuan pealitas prinsip ialah mencari obyek yang tepat (serasi), untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder itu ialah proses berpikir realistis; dengan mempergunakan proses sekunder biasanya dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.
Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutip dari pada kepribadian, oleh karena ego ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi kebutuhan;. Harus diingat bahwa ego adalah derivate dari Id dan timbul untuk kepentingan dan kemajuan Id dan bukan untuk merintanginya; peran utamanya ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinkif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
3. Das Ueber Ich (the Super ego)
Das Ueber Ich atau dalam bahasa Inggris the Super ego adalah aspek sosiologis dari pada kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Super ego lebih merupakan kesempurnaan dari kesenangan; karena itu super di anggap sebagai aspek moral daripada kepribadian.
Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai moral masyarakat.
Super ego diinternalisasikan dalam perkembangan anak sebagai responden terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan oleh orang tua (dan pendidik-pendidik yang lain). Dengan maksud untuk mendapatkan hadiah menghindari hukuman anak mengatur tingkah lakunya sesuai garis-garis yang dikehendaki oleh orang tuanya. Apapun juga yang dikatakan tidak baik dan bersifat menghukum akan cenderung untuk menjadi “zon scientia” anak: apapun jua yang disetujui dan membawa hadiah cenderung untuk menjadi Ich-ideal anak.
Mekanisme yang menyatukan system tersebut kepada pribadi disebut introveksi. Jadi super ego itu berisikan dua hal, ialah “conscientia” dan ich-ideal. Conscientia menghukum orang dengan memberikan rasa dosa, sedangkan ich-ideal menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya. Dengan terbentuknya super ego ini maka control terhadap tingkah laku yang dulunya dilakukan oleh orang tuanya(atau wakilnya) menjadi dilakukan oleh pribadi sendiri, moral yang dulunya heteronom lalu menjadi otonom.
b). Teori Justav Jung
Struktur Psyche Menurut Jung
Menurut Jung, psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur psyche menurut Jung terdiri dari :
1. Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.
2. Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa. Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.
3. Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi terentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri.
Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah :
a. Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri.
b. Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
c. Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
d. Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.
Tipologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
a. Introversion-Thinking
Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers.
b. Extraversion-Thinking
Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.
c. Introversion-Feeling
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.
d. Extraversion-Feeling
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul.
e. Introversion-Sensation
Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.
f. Extraversion-Sensation
Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.
g. Introversion-Intiuting
Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.
h. Extraversion-Intuiting
Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka.
c). Teori G.W. Allport
Gordon W. Allport dilahirkan di Indiana pada tahun 1897 tetapi dibesarkan serta mendapat pendidikan yang mula-mula di Cleveland. Ayahnya seorang dokter, dia memiliki tiga saudara yang semuanya laki-laki. Dia menyelesaikan pelajaran “undergrauduate”nya di Harvard University. Tahun 1919 menyelesaikan pelajarannya dengankeahlian pokok ilmu Ekonomi dan Filsafat. Setelah itu ia mengajar di Istambul dalam mata kuliah Sosiologi dan bahasa Inggris. Kemudian sesudah itu ia kembali lagi ke Harvard untuk belakar belajar dan tahun1922 mendapat Ph.D. dalam psikologi. Tahun 1922-1924 dia belajar diluar negeri, yaitu di BERLIN, Hamburg, Cambridge (Inggris_. Pengalaman dan belajarnya diluar negeri ini menyebabkan Allport besar perhatiannya kepada soal-soal internasional, dan hal ini nyata sekali dalam kegiatan-kegiatannya selama 20 tahun berikutnya. Hal tersebut jugalah yang menyebabkan Allport menjadi juru tafsir psikologi Jerman di Amerika Serikat selama kira-kira sepuluh tahun. Sekembalinya dari Eropa (1924) Allport menerima jabatan sebagai instruktur pada Departemen of Social Ethics di Harvard. Jadi disini dia juga kembali ke-keahliannya yang dipelajarinya di Harvard dulu. Pada tahun 1926 dia di angkat sebagai guru besar pembantu dalam psikologi di Darmounth College; dia ada disana selama 4 tahun kemudian kembali lagi ke Harvard. Allpord memegang peranan utama dalam pembentukan Departemen og Social Relation di Harvard University, suatu usaha untuk mengadakan integrasi secara sebagai (partial) daripada psikologi, sosilogi, dan antropologi.
Karena latar belakang pengalamannya mengajar diperguruan-perguruan tinggi yang bertahun-tahun itu maka dalam tulisan-tulisannya Allport menunjukkan perhatiannya yang besar pada segi didaktisnya.
Struktur dan dinamika kepribadian
Dalam teori-teori yang lain dapat dipergunakan rangka pembicaraan struktur, dinamika dan perkembangan kempribadian. Rangka ini tidak dapat dipakai untuk membicarakan teori Allport, karena bagi Allport struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat (trsits), dan tingkah laku itu di dorong oleh sifat-sifat. Jadi struktur dan dinamika itu pada umumnya satu dan sama.
1). Kepribadian, Watak dan Temprament
v Kepribadian
Bagi allport definisi bukanlah sesuatu yang boleh dipandang enteng. Sebelum sampai kepada definisinya sendiri dia mengemukakan dan membahas lima pulu definisi yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang tersebut. Definisi-definisi tersebut digolongkan menjadi:
a. Yang menunjukkan etymologi atau sejarah pengertian itu
b. Yang mempunyai arti theologies
c. Yang mempunyai arti filosofis
d. Yang mempunyai arti sosiologis
e. Yang berhubungan dengan segi lahiriah
f. Yang mempunyai arti psychologis
Setelah membahas pengertian-pengertian tersebut maka ia mengkombinasikan unsure-unsur yang telah ada dalam definisi yang lebih dulu dengan menghindari kekurangan-kekurangan yang pokok.
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.
v Watak
Watak menunjukkan, bahwa biasanya menunjukkan arti normative, serta menyatakan bahwa watak adalah pengertian ethis dan menyatakan, bahwa “character is personality evaluated, and personality is carakter devaluated”. (watak adalah kepribadian dinilai dan kepribadian adalah watak tak dinilai).
v Temprament
Pengertian temperament dan kepribadian sering dikacaukan. Namun sebenarnya umum mengakui adanya perbedaan diantara keduanya. Tempramen adalah disposisi yang sangat erat dubungannya dengan factor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Peranan keturunan disini lebih penting/ besar daripada segi-segi kepribadian yang lain.
Temperament adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuik juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kwalitet kekuatan suasana hatinya, dan segala cara daripada fluktuasi dan intensitet suasana hati, gejala ini tergantung kepada factor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.
2). Sifat (Trait)
Sifat adalah system neurophysis yang digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, dan memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspressi secara sama.
Perbedaan antara sifat dan sikap sukar dibedakan. Bagi allport keduanya khas. Keduanya adalah hasil dari factor genetic dan belajar. Namun ada juga perbedaan antara keduanya:
Sikap itu berhubungan denghan suatu obyek atau sekelompok obyek, sedangkan sifat tidak. Jadi, sifat umum daripada trait hamper selalu besar/luas dari sikap. Dalam kenyataannya makin besar jumlah obyek yang dikenai sikap itu, naka makin mirip kepada sifat, sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus kelebih umum, tetapi kalau sifat selalu umum.
Sikap biasanya memberikan penilaian terhadap obyek yang dihadapi, sedangkan sifat tidak.
Menurut Allport orang dapat memiliki sesuatu sifat tetapi tidak sesuatu type. Type adalah kontruksi ideal si pengamat dan seseorang dapat disesuaikan dengan type itu tetapi koksekwensi diabaikan sifat-sifat khas individualnya.
3). Intensi
4). Proprium
5). Functional autonomy
d).
2). TEORI TIMUR
a). Al- Ghazali
Riwayat Al-Ghazali
Al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450 H (1058 M) di desa Thus wilayah Khurasan yang sekarang termasuk wilayah Iran. Al-Ghazali memulai pendidikan dasarnya dengan belajar agama pada seorang ustadz setempat, Ahmad bin Muhammad Razkafi. Selanjutnya ia menjadi santri Abu Nashr al-Isma’il di Jurjan dan lalu belajar ilmu kalam, ilmu ushul, madzab figh, retorika, logika, tasawuf, dan filsafat pada al-Juwainy. Keunggulan ilmu al-Ghazali membuatnya menjadi sangat tersohor sehingga pada tahun 484 H (1091 M), ia diangkat menjadi ustadz (dosen) pada Universitas Nidhamiyah di Baghdad. Setahun setelah ia berusia 34 tahun, al-Ghazali diangkat menjadi pimpinan (rektor) pada universitas tersebut karena prestasinya yang begitu luar biasa. Selama menjadi rektor, al-Ghazali banyak menulis buku di bidang fiqh, ilmu kalam, dan buku-buku sanggahan terhadap aliran-aliran kebatinan, Ismailiyah, dan filsafat. Setelah 4 tahun menjadi rektor di universitas tersebut, ia mengalami krisis keraguan yang meliputi akidah dan semua jenis ma’rifat. Kemudian ia melanglang buana antara Syam, Baitul Maqdis, dan Hijaz selama kurang lebih 10 tahun dan menghabiskan waktunya untuk khalwat, ibadah, i’tikaf, dan menjalankan ibadah haji serta berziarah ke makam nabi-nabi. Setelah dibujuk untuk kembali mengajar di universitasnya, akhirnya al-Ghazali kembali menjadi dosen pada tahun 499 H (1106 M). Tetapi, tidak lama setelah itu, ia kembali ke tempat asalnya di desa Thus dan menghabiskan sisa umurnya untuk membaca al-Qur’an dan hadist serta mengajar. Di samping rumahnya, al-Ghazali mendirikan madrasah untuk para santri yang mengaji dan sebagai tempat berkhalwat bagi para sufi. Al-Ghazali menutup usianya pada tahun 505 H (1111 M) yaitu pada usia 55 tahun
Teori Al-Ghazali
Menurut Ghazali tiga struktur kepribadian itu meliputi, nafsu (impuls primitif) , akal (realistik rasionalistik) dan kalbu (spiritual).
· Nafs
Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas khas kemanusiaan berupa pikiran, perasaan, kemauan, dan kebebasan. aspek ini merupakan persentuhan antara aspek jismiah dan ruhaniah. Telah dikatakan sebelumnya bahwa kedua aspek ini saling membutuhkan, dimana antara keduanya saling berlawanan satu sama lainnya. Disinalah letak aspek nafsiah berada, yang berusaha mewadahi kedua kepentingan yang berbeda itu. Dengan kata lain nafs memiliki natur gabungan anatara jasad dan ruh. Apabila ia berorientasi pada natur jasad maka tingkah lakunya menjadi buruk dan celaka, tetapi apabila mengacu pada natur ruh maka kehidupannya menjadi baik dan selamat. Dengan redaksi yang berbeda, nafs juga dipersiapkan untuk dapat menampung dan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan buruk. M. Quraish shihab menjelaskan, pada hakikatnya potensi positif lebih kuat daripada potensi negatif. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada kebaikan kepada nafs. Untuk itulah manusia senantiasa dituntut untuk memelihara kesucian nafsnya.

Nafs adalah potensi jasadi-ruhani (psikofisik) manusia yang secara inhern telah ada sejak jasad manusia siap menerimanya. Potensi ini secara otomatis mengikuti hukum jasadi-ruhani. Semua potensi yang terdapat pada daya ini bersifat potensial, tetapi ia dapat mengaktual jika manusia mengupayakannya. Setiap komponen yang ada memiliki daya-daya laten yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Aktualitas nafs ini merupakan citra kepribadian manusia, yang aktualisasi itu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia, pengalaman, pendidikan, pengetahuan, lingkungan, dan sebagainya.

Nafs merupakan alam yang tak terukur besarnya karena ia merupakan miniatur alam semsta atau mikrokosmos. Segala apa yang ada di alam semesta tercermin di dalamnya. Demikian juga apa saja yang terdapat dalam daya ini terdapat juga pada alam semesta. Jargon yang sering kita dengar “manusia adalah mikrokosmos, sedang kosmos adalah manusia makro” mengacu pada pemahaman ini.
Nafs memiliki potensi gharizah (insting, naluri, tabiat, perangai, kejadian laten, ciptaan, sifat bawaan).
· Akal
Akal merupakan daya pikir yang dimiliki manusia.
· Kalbu
Keyakinan (iman) telah menyulut qalbu dengan berbagai macam pertanyaan yang kadang skeptis. Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada mudhghah (segumpal darah), apabila dia berfungsi dengan baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Dan mudhghah itu adalah Qalbu. Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilahiah, yaitu Ruh. Yaitu merupakan lokus di dalam wahana jiwa manusia yang merupakan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukkan. Dan juga Qalbu itu menerangi dan memberikan arah manusia untuk bertindak berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya. Qalbu bisa menjadi titik sentral kecerdasan dan sekaligus titik sentral kebodohan manusia.
Ada beberapa potensi Qalbu yang terus menerus saling berebut kekuasaan, yaitu Fu’ad, Shadr dan Hawaa. Dan setiap potensi mempunyai fungsinya masing-masing mengatur perputaran antara diri manusia sebagai pribadi dengan lingkungannya, seraya memancarkan kualitas batinnya sambil berinteraksi dalam tiga dimensi yaitu: Allah, manusia dan alam.
1. Fu’ad
Merupakan potensi qalbu yang berkaitan dengan indrawi, mengolah informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak manusia (fungsi kognitif). Potensi ini cenderung dan selalu merujuk kepada obyektifitas, mempunyai tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang dilihatnya dan jauh dari sikap kebohongan. Seperti apa yang ada di An-Najm ayat 11: “Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.”
2. Shadr
Merupakan potensi qalbu yang berperan merasakan dan menghayati atau mempunyai fungsi emosi. Potensi ini adalah dinding hati yang menerima limpahan cahaya keindahan, sehingga mampu menerjemahkan segala sesuatu serumit apa pun menjadi indah karyanya.
3. Hawaa
Merupakan potensi qalbu yang menggerakkan kemauan. Di dalammnya ada ambisi, kekuasaan, pengaruh dan keinginan mendunia. Potensi ini cenderung membumi untuk merasakan nikmatnya dunia yang fana. Potensi ini mendorong manusia untuk berbuat serakah dan menjauhi bersikap adil dan benar.
Ketiga potensi tersebut, berada didalam bilik-bilik qalbu yang bertugas dan berfungsi sesuai dengan perannya masing-masing. Dalam berhubungan dengan dunia luar atau menerima rangsangan, ketiga potensi tersebut akan memberikan respons dalam bentuk perilaku.
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian itu adalah apa yang ada bersumber dari dalam dan akan nampak keluar sebagai tindakan. Semisal saja, ucapan kita yang mencerminkan kepribadian kita. Tingkah laku kita yang mencerminkan kepribadian kita. Perangai dan tingkah laku yang baik, dengan segala macam bentuk dan warnanya, sangat kita perlukan disetiap tempat dan waktu; dalam hubungan kita dengan Allah Ta’ala, dalam hubungan kita dengan diri kita sendiri. Dan dalam hubungan kita dengan masyarakat. Dan itu semua ada kaitannya dengan kepribadian yang kita miliki.
Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni Id, Ego, dan Superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Adapun superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
1. Introversion-Thinking
2. Extraversion-Thinking
3. Introversion-Feeling
4. Extraversion-Feeling
5. Introversion-Sensation
6. Extraversion-Sensation
7. Introversion-Intiuting
8. Extraversion-Intuiting
Menurut Ghazali tiga struktur kepribadian itu meliputi, nafsu (impuls primitif) , akal (realistik rasionalistik) dan kalbu (spiritual).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar